Kesetaraan Gender Senjata Feminis Hancurkan Islam


Emansipasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat di bidang sosial. Dan umumnya istilah ini dipakai dalam konteks antara wanita dan laki-laki.

Lalu bagaimana sejarah munculnya emansipasi wanita? Gerakan emansipasi wanita muncul dari Barat. Dalam sebuah Ensiklopedia, kutipan sebuah hasil rapat dua konferensi kegerejaan mengenai wanita yang dilaksanakan di Roma tahun 582 M mengeluarkan komunike :

”Wanita adalah mahluk yang tidak mempunyai jiwa dan oleh sebab itu selamanya tidak akan menikmati taman Firdaus dan tidak masuk kerajaan langit. Wanita adalah kekejian perbuatan setan, tidak ada hak bicara dan tertawa dan tidak boleh memakan daging, bahkan setinggi-tingginya hak dia adalah menghabiskan semua kesempatan untuk melayani laki-laki tuannya, atau menyembah Tuhan Allah”. (Encyclopedie La Rousse, kata Femme).

Demikian buruknya pandangan gereja terhadap wanita, sehingga kondisi wanita di Barat terus berjalan dari yang buruk kepada yang lebih buruk hingga abad ke-17 M. Ketika itu wanita di Barat berada pada level perbudakan dan kehinaan yang paling rendah.

Di Inggris ada undang-undang yang memperbolehkan laki-laki menjual istri-istrinya seharga 6 pounsterling. Sekitar tahun 1790, harganya menjadi 2 sen. (Abbas Akkad : Al-mar’ah fil al-Qur’an, hal.192.)

Sehingga kemudian muncullah feminisme. Gerakan ini muncul pada 1785 berawal dari perkumpulan terpelajar kalangan bangsawan di Middleburg-Belanda. Dari Belanda gerakan ini menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika, dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu & Marquis de Condorcet.

Sejatinya, gerakan feminisme muncul sebagai akibat ketidakpuasan wanita terhadap hukum-hukum Bibel, sebagai bentuk protes terhadap norma-norma sosial saat itu, norma-norma yang didominasi oleh gereja pada abad 18,  yang menindas wanita.

Bagaimana norma-norma gereja yang menindas kaum wanita di Barat? Berikut beberapa ayat dari Bibel:

Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari wanita ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. (1 Korintus 11:3)

Aku tidak mengizinkan wanita mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.  Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan wanita itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. (1 Timotius 2:12-14)

Apabila ada seorang menjual anaknya yang wanita sebagai budak, maka wanita itu tidak boleh keluar seperti cara budak-budak lelaki keluar.  (Keluaran 21:7)

Ajaran Bibel mengatakan bahwa laki-laki lebih tinggi dari wanita secara mutlak dalam hal apapun. Bahkan tidak ada kesamaan derajat antara wanita dan laki-laki dalam ketakwaan kepada Allah. Wanita berada di level yang paling rendah. (Efesus 5:22)

Wanita juga dilarang membagikan ilmunya kepada siapapun. Perempuan dilarang memerintah dan mengajar laki-laki (1 Timotius 2:12).  Ini yang masih diikuti gereja Katholik, sehingga dalam biara, walaupun di komunitas biarawati yang kesemuanya adalah wanita, tapi pengajar tetaplah Pastor (pendeta laki-laki).

Perempuan harus tutup mulut di gereja. (1 Korintus 14:34-35) Apalagi memberikan perintah, suruhan atau kata-kata yang menyuruh apapun kepada laki-laki, berapapun umur mereka. Karena wanita mempunyai derajat yang lebih rendah dari laki-laki.

Tak hanya sampai di situ, Bibel pun menuduh wanita lah sebagai penyebab dosa yang dilakukan Nabi Adam as. (Kejadian 3:1-6, Timotius 2:13-14)

Dan yang lebih mengejutkan lagi, dalam Bibel pun ada ayat-ayat tentang pro-perbudakan. Bukannya melarang perbudakan, tapi bahkan memperbolehkan seorang ayah menjual anak wanitanya untuk dijadikan budak. (Keluaran 21:7)


Pandangan Negatif Barat terhadap Wanita
  • Di Italia, Roma, tahun 1500 M, sebuah Dewan Khusus mengatakan bahwa "Wanita tidak mempunya jiwa".
  • Di Yunani, Lembaga Filsafat & Ilmu Pengetahuan, Aristoteles mengatakan : “Wanita adalah makhluk yang lebih rendah dari laki-laki”.
  • Socrates berpendapat : “Wanita adalah sumber besar dari kekacauan dan perpecahan di dunia.”
  • Agama Yahudi menganggap bahwa perempuan selalu dalam kutukan dewa, selalu berdosa sejak lahir, maka harus dihukum.
  • Filsafat Amerika : “Perempuan harus melepaskan tugas keperempuanannya, sehingga tak ubahnya mereka seperti barang dagangan.”
  • Tertullian, Bapak Gereja I (150 M) : "Perempuan adalah sumber dosa."
  • Thomas Aquinas: "Perempuan adalah laki-laki yang cacat."
  • J.J. Rousseau : "Perempuan = Makhluk yang tolol dan sembrono dan dilahirkan untuk melengkapi laki-laki."
  • St. John Chrysostom, Bapak Gereja Yunani (345-407 M) : "Wanita = setan, kejahatan, dan bencana yang abadi dan menarik."
  • Martin Luther : "Perempuan harus dijauhkan dari tempat pengajaran karena tidak ada gunanya manusia perempuan diberi pendidikan."
  • St. Jerome = "Wanita adalah akar dari segala kejahatan. Perempuan itu pintu setan, jalan sesat, gigitan kalajengking."
Maka sebagai akibat dari ayat Bibel dan opini yang memojokkan wanita inilah, lahir gerakan feminis untuk mensetarakan gender. Profesor JIL negeri kita bahkan merasa terhina dengan ketetapan Allah dan RasulNya bahwa wanita tidak boleh mengimami shalat & jadi khatib Jumat.

Studi Islam berwawasan gender yang banyak muncul di perguruan tinggi merupakan wujud pembaratan studi Islam guna menyamakan persepsi. Kemudian muncul opini seolah-olah kaum Muslimah diperlakukan tidak adil, Muslimah dipandang terkekang dengan memakai hijab! Syariat Islam DIFITNAH sebagai aturan yang bias gender sehingga membelenggu muslimah dan tidak sesuai jaman.

Sungguh, ini berbeda jauh dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam surah an Nisa (4):34, wanita pun mendapat kesempatan untuk menjadi mulia di mata Allah SWT. Dalam hal ketakwaan kepada Allah SWT, tidak dibedakan wanita dan laki-laki.

Suami harus tetap berbuat baik kepada istri meskipun dalam kondisi membencinya (QS An-Nisa:19), dan QS An-Nahl: 58-59 menyebutkan larangan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Rasulullah dalam beberapa hadits menyebutkan perintah menghormati ibu,ibu,ibu baru ayahmu, dan menyatakan bahwa surga di telapak kaki ibu.


Islam justru datang membebaskan wanita. Islam hadir sebagai ideologi pembaharuan terhadap budaya-budaya, terhadap doktrin-doktrin gereja yang menindas wanita, mengubah status wanita secara drastis. Tidak lagi sebagai second creation (mahluk kedua setelah laki-laki) atau penyebab dosa. Justru Islam mengangkat derajat wanita sebagai sesama hamba Allah seperti halnya laki-laki.

Kaum feminis memprovokasi muslimah agar menuntut hak untuk bebas mengekspresikan diri, bebas menentukan dan memuaskan kemauannya. Kaum kuffar tampil seolah sebagai pahlawan pembebas wanita, padahal apa yang dia lakukan merupakan penentangan syariat Allah dan RasulNya!

Jika ada umat Islam yang ikut-ikutan latah mengkampanyekan ide-ide feminisme dalam rangka emansipasi wanita, maka sungguh, dia adalah Muslim yang buta dengan ajaran-ajaran Islam

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.