Sebagai bagian dari pembahasan kita berkaitan dengan Yahudi, maka berikut ini akan kita kaji tentang At Talmud,
Kitab yang dianggap suci oleh kelompok Zionis Yahudi di seluruh dunia;
dimana perilaku dan tindak-tanduk kaum Zionis Israel mengacu pada
ayat-ayat Talmudisme tersebut.
Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Darul ‘Ulum, Kairo, Prof. Ahmad Syalabi menulis, “Taurat
bukanlah satu-satunya kitab suci bagi bangsa Yahudi, tetapi ada
riwayat-riwayat lain yang disampaikan dan dibawa oleh para
pendeta-pendeta Yahudi secara turun temurun. Riwayat-riwayat inilah yang kemudian dikenal dengan Talmud.” (Muqaranatul Adyan: Al-Yahudiyah, 1990).
Untuk mengkaji perkara At Talmud, ada pula suatu Kitab yakni “Kitaab Isro’iil Al Aswad: Al Kanzu Al Marshuud Fii Fadhoo’ih At Talmuud”. Kitab ini pada mulanya berasal dari buku yang ditulis oleh Dr. August Rohling (1839-1931), seorang Professor pada University of Prague, berjudul “Die polemik und das manschenopfer des rabbinismus”, lalu diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh DR.Yusuf Hana Nashrullooh (dari Mesir), kemudian diberi kata pengantar oleh seorang ‘alim dari Mesir bernama Syaikh Prof. Dr. Muhammad ‘Abdullooh Asy Syarqowi. Dan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “Talmud, Kitab ‘Hitam’ Yahudi yang Menggemparkan”.
Talmud adalah sebuah kitab yang dianggap
suci oleh orang-orang Yahudi, yang berisi ajaran-ajaran agama yang
bersifat lisan. Lebih jelasnya, Talmud adalah kitab ideologi yang
menafsirkan dan menjelaskan semua pengetahuan, ajaran, undang-undang
kehidupan, moral dan budaya kaum Yahudi Israel.
Pada prinsipnya kitab Talmud terbagi dalam dua bagian: Pertama, Mishnah merupakan naskah asli dari undang-undang yang dibuat oleh kaum Yahudi untuk kepentingan mereka sendiri, guna melengkapi kitab Taurat (Perjanjian Lama). Jadi Mishnah adalah merupakan kodifikasi Undang-Undang Lisan (Oral Law atau Oral Tradition)
yang pindah dan beredar dari mulut ke mulut para Rahib atau berupa
catatan-catatan penjelasan terhadap Syari’at Nabi Musa yang
ditulis oleh Rahib-Rahib di kalangan Yahudi. Kemudian karena mereka
merasa takut akan kehilangan syarah-syarah tersebut, maka pada tahun
190-200 M oleh seorang Rahib (Rabbi) Yahudi bernama Judah Hanasi catatan-catatan tafsiran tersebut dikumpulkan menjadi suatu Kitab yang disebut sebagai Mishnah.
Kitab Mishnah ini ditulis dalam bahasa Ibrani Baru atau New Hebrew (yang tidak lagi sama dengan bahasa Ibrani yang digunakan dalam Taurat / Kitab Perjanjian Lama), dimana bahasa Ibrani Baru tersebut telah terpengaruh oleh Bahasa Yunani, Latin dan Parsi.
Kedua, Gemara, yang muncul akibat adanya berbagai perdebatan dan pertikaian pendapat dari para Rahib Yahudi terhadap kandungan Kitab Mishnah. Sehingga pada abad-abad berikutnya Mishnah
itu diberi catatan kaki, komentar, syarah, tafsir dan diberi tambahan
penjelasan-penjelasan yang sangat banyak oleh para Rahib Yahudi, dimana
penjelasan-penjelasan itu disebut sebagai Gemara. Dengan demikian Syari’at Nabi Musa telah bercampur dengan Gemara yang berasal dari para Rahib Yahudi;
atau dengan kata lain bahwa campuran antara teks (Mishnah) dan syarah (Gemara) inilah yang menjadi cikal bakal dari munculnya Kitab baru yang bernama Talmud.
Adapun Kitab Gemara ini ditulis dalam bahasa Aramia/Aramaic, sehingga antara Mishnah dan Gemara terdapat perbedaan bahasa yang sangat jauh sekali.
Gemara terdiri atas: Gemara Yerushalmi (Gemara Palestina / Gemara Baitul Maqdis)
yang berisi rekaman diskusi para Rahib yang sesungguhnya bukanlah
Rahib-Rahib Yahudi yang berada di Palestina, namun adalah Rahib-Rahib
Kerajaan yang diketuai oleh Rabbi Jochanna. Gemara Yerushalmiini selesai dikodifikasikan pada sekitar abad ke-5 Masehi. Sementara Gemara Babylonia (Gemara Bavli) adalah hasil rekaman penafsiran kitb Mishnah oleh para RahibYahudi di Babilonia, yang mana penyusunannya selesai sekitar abad ke-6 Masehi.
Mishnah dengan tafsiran Gemara Yerushalmi, disebut sebagai “Talmud Yerushalmi”. Sedangkan Mishnah dengan tafsiran Gemara Babylonia (Gemara Bavli), disebut sebagai “Talmud Babylonia” (Talmud Bavli).
Secara ringkasnya, Mishnah adalah isi dan Gemara adalah penjelasan. Keduanya disatukan menjadi satu Kitab yang disebut Talmud.
Talmud Yerushalmi (Talmud Palestina / Talmud Baitul Maqdis)
Naskah Talmud Yerushalmi (Talmud Palestina)
Kalau seseorang menyebutkan kata “Talmud” maka yang dimaksudkan biasanya adalah Talmud Babylonia, oleh karena mayoritas kaum Yahudi kurang mengakui Talmud Yerushalmi sebab ia sangat ringkas dan samar. Umumnya mereka hanya bersandar pada Talmud Babylonia sebagai prioritas pertama mereka.
Talmud Babylonia (Talmud Bavli)
Naskah Talmud Babylonia (Talmud Bavli)
Dr. Augutst Rohling menyatakan, “Kaum Yahudi meyakini bahwa Talmud adalah lebih suci ketimbang Taurat.” (Al Kanzu Al Marshuud Fii Fadhoo’ih At Talmuud, Bab II).
Dr. Joseph Barcklay, penulis buku “Hebrew Literature”, dengan tegas menyatakan bahwa seluruh bagian dari Talmud merupakan pengingkaran terhadap Taurat Musa (Hebrew Literature, hal 40).
Padahal, menurut seorang filsuf yang juga Rabbi Tertinggi bangsa Yahudi pada zamannya, Rabbi Maimonides (Moses bin Maimon, 1190 M), bangsa
Yahudi sesungguhnya tidak pernah bisa memastikan dengan tepat satu pun
doktrin dari Talmud karena sejarahnya yang sangat kacau-balau.
Maimonides berkata, “Sejak zaman Nabi Musa dulu sampai zaman Rabbi Judah Hanasi (135-220 M), para
pendeta Yahudi tidak pernah sepakat tentang kebenaran satu doktrin pun
yang ada pada “Undang-Undang Lisan” (Talmud) yang diajarkan secara
terbuka. Para pemimpin agama Yahudi atau nabi dari setiap
generasi menulis beberapa catatan tentang kitab tersebut berdasarkan
kepada apa-apa yang ia dengar dari guru-guru pendahulunya untuk
disampaikan kepada kaumnya.”
Namun demikian dalam sebuah teks Talmud, salah seorang pendeta / Rahib Yahudi berkata, “Orang yang mempelajari Taurat berarti telah melakukan sebuah keutamaan yang tidak layak diberi imbalan (pahala),
orang yang mempelajari Mishnah berarti telah melakukan sebuah keutamaan
yang layak diberi imbalan, sedangkan orang yang mempelajari Gemara
berarti telah melakukan sebuah keutamaan yang paling besar.” (Babha Metsia, vol.33a)
Bahkan pendeta mereka yakni Rabbi Roski berkata, “Jadikanlah perhatianmu kepada ucapan-ucapan para Rabbi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada Syari’at Musa.” (Erubin, vol. 216) Kemudian dalam buku mereka yang lain yang berjudul “Shaghijan”, disebutkan bahwa, “Barangsiapa yang meremehkan pernyataan-pernyataan para Rabbi (Talmud), maka ia harus dibunuh.
Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang yang meremehkan
pernyataan-pernyataan Taurat. Dan tak ada ampun bagi siapa saja yang
meninggalkan ajaran-ajaran Talmud dan hanya sibuk dengan Taurat, karena ajaran para Rabbi adalah lebih utama dari ajaran Musa.” Pendeta mereka yang lain yakni Rabbi Beshai berkata, “Kalian tidak boleh berteman dengan orang yang hanya mempelajari Taurat dan Mishnah, tetapi tidak mempelajari Gemara.”
Bahkan lebih ekstrim lagi, seorang Rabbi pada tahun 1500 menyebutkan dalam Kitabnya bahwa, “Barangsiapa yang hanya mempelajari Taurat tanpa mempelajari Mishnah atau Gemara, maka sungguh ia tidak bertuhan.”
Jelaslah bahwa Talmud yang bukan merupakan firman Allah itu oleh orang-orang Yahudi dianggap lebih baik dan lebih utama daripada Taurat yang merupakan syari’at Nabi Musa dan yang berasal dari Allah SWT.
Artinya:وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقاً يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan
yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang
dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab
dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”,
padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.”
Ketika ‘Ulama Ahlus Sunnah Al Imaam Ibnu Katsiir menafsirkan QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 78 ini, beliau berkata, “Allah memberitahu tentang Yahudi (– semoga kutukan Allah atas mereka –), bahwa diantara mereka ada sekelompok orang yang memutarbalikkan firman Allah dari
posisinya, kemudian menggantinya dan menghapusnya dari maksud yang
sebenarnya untuk memberi kebimbangan pada orang-orang bodoh bahwa yang
demikian itu terdapat dalam Kitabullooh. Dan mereka menisbatkannya pada Allah, padahal yang demikian itu adalah berdusta atas nama Allah , sedangkan mereka menyadari bahwa mereka telah berdusta dan mengada-ada semua itu.”
Perhatikan pula firman-Nya dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 79 :
Artinya:فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـذَا مِنْ عِندِ اللّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:
“Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”
Betapa kaum Yahudi Bani Israel telah jauh berpaling dari Taurat /
Syari’at Nabi Musa , dan mereka lebih condong kepada Talmud yang merupakan tulisan Rahib-Rahib (pendeta-pendeta mereka), bahkan menyatakan bahwa Talmud adalah lebih utama daripada Taurat yang datang dari sisi Allah SWT
Di Indonesia, Z.A. Maulani dalam bukunya yang berjudul “Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia” telah mengkaji perkara At Talmud ini, khususnya pada halaman 88 hingga halaman 109 buku tersebut, beliau (serta berbagai sumber lainnya) memaparkan sejumlah ayat-ayat Talmud yang menjadi dasar segala tindakan kaum Zionis Yahudi terhadap orang-orang non-Yahudi (yang mereka istilahkan sebagai Goyyim atau Gentiles).Dengan demikian dapatlah kita pahami mengapa kaum Zionis Yahudi bersikap rasialis, memandang rendah bangsa lain, arogan serta gemar menebarkan kebencian, teror serta permusuhan (peperangan) terhadap orang-orang non Yahudi. Hal tersebut adalah dikarenakan sikap mereka itu dipengaruhi oleh ayat-ayat Talmud yang mereka anggap suci, yakni antara lain adalah sebagai berikut :
1. Talmud mengajarkan ketaatan mutlak pada Rabbi-Rabbi (pendeta-pendeta) Yahudi :
“Barangsiapa tidak taat kepada rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka” (Erubin 2b)
2. Talmud memperbolehkan orang Yahudi untuk melakukan kejahatan, asalkan dilakukan secara sembunyi-sembunyi :
“Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan
kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota di mana ia tidak
dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu di sana.” (Moed Kattan 17a)
3. Talmud mengajarkan bahwa hukuman menganiaya orang Yahudi adalah hukuman mati :
“Jika seorang kafir menganiaya orang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh.” (Sanhedrin 58b)
4. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi boleh menipu orang non-Yahudi :
“Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja kepadanya” (Sanhedrin 57a)
“Orang-orang Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang non-Yahudi.” (Zohar I, 168a)
“Jika dua orang Yahudi menipu orang non-Yahudi, mereka harus membagi keuntungannya.” (Choschen Ham 183, 7)
“Orang Yahudi boleh mengeksploitasi kesalahan orang non-Yahudi dan menipunya.” (Talmud IV/1/113b)
5. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi mempunyai kedudukan hukum yang lebih tinggi daripada orang non-Yahudi :
“Jika lembu seorang yahudi melukai lembu orang Kan’an,
tidak perlu ada ganti rugi. Jika lembu orang Kan’an melukai lembu orang
Yahudi, maka orang itu wajib membayar ganti rugi sepenuh- penuhnya.” (Baba Kamma 37b)
“Terhadap seorang non-Yahudi tidak menjadikan Orang
Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila
berzina dengan Yahudi lainnya, yaitu isteri seorang Yahudi. Isteri
non-Yahudi tidak termasuk.”(Talmud IV/4/52b)
“Tuhan tidak mengampuni orang Yahudi yang mengawinkan anak perempuannya kepada orang tua, atau memungut menantu bagi anak laki-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir, bukan Yahudi).” (Sanhedrin 57a)
6. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi boleh mencuri barang milik orang non-Yahudi :
“Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya.” (Baba Mezia 24a, ayat ini ditegaskan kembali dalam Baba Kamma 113b)
7. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi boleh merampok dan membunuh orang non-Yahudi :
“Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir, bukan Yahudi), tidak ada hukuman mati. Apa yang dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”. (Sanhedrin 57a)
“Kaum kafir adalah di luar perlindungan hukum dan Tuhan membukakan uang mereka untuk Bani Isro’iil.” (Baba Kamma 37b)
“Tanah orang non-Yahudi, kepunyaan orang Yahudi yang pertama kali menggunakannya.” (Babba Bathra 54b)
“Kepemilikan orang non-Yahudi seperti padang pasir yang
tidak dimiliki; dan semua orang (setiap Yahudi) yang merampasnya,
berarti telah memilikinya.” (Talmud IV/3/54b)
“Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, “Tob shebe goyyim harog”(“Bahkan goyyim yang baik sekalipun, seluruhnya harus dibunuh.” (Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaedah 10)
8. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi boleh berdusta pada orang non-Yahudi :
“Orang Yahudi boleh berdusta untuk menipu orang kafir.” (Baba Kamma 113a)
“Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan.”(Babha Kama 113a)
9. Talmud mengajarkan bahwa orang non-Yahudi adalah hewan (bukan manusia) :
“Semua anak keturunan orang kafir (bukan Yahudi) tergolong sama dengan binatang.”(Yabamoth 98a)
“Anak perempuan orang kafir (bukan Yahudi) sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”. (Abodah Zarah 36b)
“Orang kafir (bukan Yahudi) lebih senang berhubungan seks dengan lembu.” (Abodah Zarah 22a-22b)
“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang.” (Kerihoth 6b hal.78, Yebamoth 61a)
“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orachi Chaiim57,6a)
“Engkau disebut manusia (Adam), tetapi ‘Goyyim’ (orang non-Yahudi) tidak disebut sebagai manusia.” (Ezekiel 34:31).
“Tidak ada isteri bagi non-Yahudi, mereka sesungguhnya bukan isterinya.” (Talmud IV/4/81 dan 82b)
“Telah diajarkan: Begitulah (Rabbi) Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci
untuk mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap ruku’ terhadap kuburan),
karena telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang
gembalaan-Ku, kalin adalah manusia (Adam)” (Ezekiel 34 : 31), “kalian disebut manusia (Adam), tetapi kaum kafir itu tidak disebut manusia keturunan Adam.” (Yebamoth 61a)
10. Talmud mengajarkan bahwa orang Yahudi boleh melakukan praktek riba hanya pada orang-orang non-Yahudi :
“Orang Yahudi boleh mempraktekkan riba terhadap orang non-Yahudi.” (Talmud IV/2/70b)
“Tetaplah terus berjual beli dengan orang-orang non-Yahudi, jika mereka harus membayar uang untuk itu.” (Abhodah Zarah 2a T)
11. Talmud mengajarkan bahwa hanya orang-orang Yahudi yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Tuhan (Yahweh) :
“Tuhan (Yahweh) tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya (marah) kepada orang-orang non-Yahudi.” (Talmud IV/8/4a)
12. Talmud mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi adalah mulia, sedangkan orang-orang non-Yahudi adalah budak-budak mereka :
“Orang-orang non-Yahudi diciptakan sebagi budak untuk melayani orang-orang Yahudi.” (Midrasch Talpioth 225)
“Dimana saja mereka (orang-orang Yahudi) datang, mereka akan menjadi pangeran raja-raja.” (Sanhedrin 104a)
“Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) datang, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi.” (Erubin)
13. Talmud mengajarkan bahwa angka kelahiran orang-orang non-Yahudi harus diminimalkan :
“Angka kelahiran orang-orang non-Yahudi harus ditekan sekecil mungkin.” (Zohar II, 4b)
14. Talmud bahkan mengajarkan hal-hal yang “aneh” dan tidak sepantasnya :
“….. Adam telah bersetubuh dengan semua binatang, ketika ia berada di surga.” (Yebamoth 63a)
“Seorang Yahudi boleh mengawini anak perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari.” (Sanhedrin 55b)
“Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak perempuan, asalkan saja anak itu berada dibawah sembilan tahun.” (Sanhedrin 54b)
“Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor
binatang, diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan
Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan
seorang pendeta Yahudi.” (Yebamoth 59b)
“Seorang Rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa Rabbi itu memenangkan debat tersebut.” (Baba Mezia 59b)
Adapun, didalam “Kitaab Isro’iil Al Aswad: Al Kanzu Al Marshuud Fii Fadhoo’ih At Talmuud” (tarjamah) halaman 193 – 247, telah dipaparkan berbagai perkataan para Rabbi-Rabbi Yahudi yang menunjukkan tetang kesesatan ajaran Talmud mereka, yang dapat kita simak sebagaimana berikut ini:
Didalam Kitab seorang Yahudi bernama Kraft yang terbit pada tahun 1590 dinyatakan, “Ketahuilah
bahwa perkataan para Rabbi lebih utama dari perkataan para Nabi.
Disamping itu, kamu harus mengakui perkataan para Rabbi ini sebagai
Syari’at. Karena perkataan mereka adalah perkataan yang langsung dari
Allah. Apabila seorang Rabbi berkata kepadamu bahwa
tangan kanan ada di sebelah kiri ataupun sebaliknya, maka benarkanlah
perkataannya itu dan jangan membantahnya.” Maimonides, salah seorang cendekiawan Yahudi yang meninggal di awal abad 13, berkata, “Takut kepada Rabbi sama dengan takut kepada Allah.”
Didalam Talmud halaman 74 disebutkan bahwa, “Sesungguhnya ajaran-ajaran para Rabbi tidak boleh dibantah dan diubah walaupun dengan perintah Allah! Suatu
hari terjadi perselisihan antara Allah dan para Rabbi Yahudi tentang
suatu masalah. Setelah terjadi perdebatan panjang, akhirnya penyelesaian
masalah itu diserahkan kepada salah seorang Rabbi. Lalu ia memaksa
Allah untuk mengakui kesalahan-Nya, setelah Rabbi itu berhasil
memutuskan perkara tersebut.” Betapa kufurnya pernyataan tersebut! Bayangkan, Allah Pencipta langit dan bumi ini dikatakan tidak lebih baik dari para Rabbi
Yahudi. Nauudzu billaahi min dzaalik.
Maka didalam Al Qur’an Surat Al Maa’idah (5) ayat 64, Allah melaknat kekufuran orang-orang Yahudi Bani Isra’il ini dengan firman-Nya sebagai berikut:
Artinya:وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُواْ بِمَا قَالُواْ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيراً مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَاناً وَكُفْراً وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُواْ نَاراً لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَاداً وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allooh terbelenggu”,
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila`nat
disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.
Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Robb-mu sungguh-sungguh
akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara
mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian
diantara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api
peperangan, Allooh memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allooh tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
Didalam Talmud juga dinyatakan bahwa, “Bani Isra’il lebih tinggi derajatnya disisi Allah daripada malaikat. Jika seorang non-Yahudi memukul orang Yahudi, maka seolah-olah orang itu telah memukul Tuhan. Kaum
Yahudi (– sebagaimana yang ditulis oleh Rabbi-Rabbi mereka –) adalah
bagian dari Allah, seperti seorang anak merupakan bagian dari bapaknya. Oleh karena itu, disebutkan didalam Talmud bahwa apabila seorang non-Yahudi memukul orang Yahudi, maka orang itu harus mati.” (Sanhedrin halaman: 2, no: 58)
Betapa hal ini telah dibantah oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang termaktub pada QS. Al Maa’idah (5) ayat 18 berikut ini :
Artinya:وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاء اللّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُم بِذُنُوبِكُم بَلْ أَنتُم بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَلِلّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
“Orang-orang Yahudi dan Nashroni mengatakan:
“Kami ini adalah anak-anak Allooh dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah:
“Maka mengapa Allooh menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia
(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia
mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allooh-lah kerajaan langit dan bumi serta
apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allooh-lah kembali (segala
sesuatu).”
Kemudian didalam Talmud Yerusalem (Talmud Yerushalmi) halaman 94 disebutkan bahwa, “Air mani yang darinya tercipta bangsa-bangsa lain yang berada diluar agama Yahudi, adalah air mani kuda.”
Jadi dalam ajaran Talmud, orang-orang selain orang Yahudi itu adalah binatang, yang mereka anggap sebagai keledai, babi, anjing atau bahkan lebih rendah daripada anjing. dan sebagainya. Perhatikan pernyataan-pernyataan dalam Talmud sebagaimana berikut ini:
– “Kaum Yahudi akan menjadi bernajis apabila ia
menyentuh kuburan orang-orang non Yahudi, karena mereka itu adalah
binatang, bukan manusia.” (Bayamut, no: 6)
– “Hari-hari raya yang suci bukanlah dijadikan untuk orang-orang asing dan bukan pula untuk anjing-anjing.” (Kitab Keluaran pasal 12 ayat 16)
– Rabbi Manahem berkata, “Wahai bangsa Yahudi,
sesungguhnya kamu adalah keturunan manusia karena rohmu berasal dari roh
Tuhan. Adapun ummat-ummat lain adalah tidaklah demikian, karena roh
mereka berasal dari roh yang bernajis.”
– Rabbi Abarbaniel berkata, “Hanya bangsa terpilih saja
yang berhak mendapatkan kehidupan yang abadi. Sedangkan bangsa-bangsa
lainnya, perumpamaan mereka adalah seperti keledai-keledai.
Sehingga, hubungan kekerabatan antara orang-orang Yahudi dan
orang-orang non Yahudi tidak terjalin sama sekali, karena tidak mungkin
manusia menjalin kekerabatan dengan keledai.”
Kaum Yahudi juga menganggap bahwa rumah-rumah ibadah ummat-ummat lain adalah seperti kandang-kandang binatang.
– Menurut Rabbi Ariel, “Orang-orang diluar Yahudi adalah sama seperti babi-babi hutan, yang penuh dengan najis.”
Orang-orang Yahudi pun beranggapan bahwa tidak dibenarkan berbuat
baik ataupun berbelas kasihan terhadap orang-orang diluar Yahudi, karena
dalam anggapan mereka orang-orang non Yahudi tersebut bukanlah manusia.
Simaklah pernyataan para Rabbi Yahudi itu sebagai berikut:
– “Kamu tidak boleh berbelas kasihan kepada orang gila.” (Sanhedrin halaman 1, no: 92)
– Rabbi Jarson berkata, “Tidak pantas seorang laki-laki yang shoolih (Yahudi) berbelas kasihan kepada laki-laki yang jahat (non-Yahudi).”
– Menurut ajaran Talmud, “Orang-orang Yahudi diperbolehkan bersikap munafiq terhadap orang-orang lain yang non-Yahudi.”
Bahkan orang-orang Yahudi beranggapan bahwa bumi ini semata-mata
hanyalah milik orang-orang Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi bebas
menguasai harta bahkan darah (nyawa) orang-orang diluar Yahudi.
Perhatikan pernyataan para Rabbi Yahudi tersebut:
– Rabbi Elbo berkata, “Allah telah mengangkat kaum Yahudi sebagai penguasa harta benda ummat-ummat lainnya, bahkan darah (nyawa) mereka.”
– Rabbi Isha berkata, “Ketika aku lihat pohon anggur
telah berbuah, aku menyuruh pembantuku untuk memetik buahnya untukku
jika pemilik pohon itu adalah orang asing; tetapi jika pemiliknya adalah
orang Yahudi, maka aku tidak mau melakukannya.”
– Disebutkan didalam Talmud bahwa Rabbi Samuel, salah seorang Rabbi terkemuka Yahudi, berpendapat bahwa, “Mencuri harta orang-orang non Yahudi adalah tidak terlarang dalam Syari’at.”
(Ia sendiri pernah membeli bejana emas dari non-Yahudi yang dikira
tembaga oleh orang itu. Dan ia hanya membayar 4 dirham kepada penjual
itu, lalu mencuri lagi 1 dirham darinya)
– Disebutkan didalam Talmud antara lain perkataan Rabbi Levi bin Jarson, bahwa, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Yahudi untuk memberi pinjaman kepada orang asing, kecuali dengan jalan riba.”
Namun disisi lain, riba tersebut tidak diperbolehkan untuk diterapkan diantara sesama mereka kaum Yahudi, sebagaimana dijelaskan oleh Rabbi Yashai, “Para Rabbi Yahudi tidak membolehkan untuk mengambil bunga dari orang-orang Yahudi.”
– Dinyatakan dalam Talmud, “Bunuhlah orang-orang baik
yang bukan dari Bani Isra’il. Diharamkan bagi orang Yahudi untuk
menyelamatkan orang non-Yahudi dari kematian atau mengeluarkannya dari
lubang yang ia terperosok kedalamnya, karena dengan melakukan itu berarti menjaga kehidupan para penyembah berhala (orang non-Yahudi).”
Bahkan terdapat tambahan keterangan pada Talmud tersebut, “Apabila
salah seorang pemuja berhala (orang non-Yahudi) terperosok kedalam
lubang, kamu harus menutupi lubang tersebut dengan batu!”
Rabbi Raschi berkata, “Diwajibkan melakukan segala cara yang diperlukan supaya penyembah berhala (orang non Yahudi) itu tidak dapat selamat darinya!”
Oleh karena itu tidaklah heran bahwa peperangan di berbagai
belahan dunia ini, terorisme dan permusuhan dilancarkan oleh orang-orang
Zionis Yahudi terhadap bangsa lain. Itu semua adalah “grand design” (rencana besar) mereka. Merekalah perancang peperangan-peperangan tersebut, sebagaimana hal ini diakui sendiri oleh mereka. Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Marcus Ravage (penulis biografi Yahudi Rothschild)pada tahun 1928, dalam esainya yang berjudul “The Real Case Against the Jews” sebagai berikut:
“Anda belum mulai menghargai kedalaman sebenarnya dari kesalahan kita. Kami adalah penyusup. Kami adalah pengganggu. Kami adalah perusak prinsip-prinsip, korup, subversif . Kami telah mengambil alam dunia anda, cita-cita anda, takdir anda, dan bermain-main malapetaka dengan mereka. Kami berada dibalik peperangan, bukan hanya perang-perang besar yang terakhir, akan tetapi hampir di semua peperangan anda, bukan hanya revolusi Rusia akan tetapi di setiap revolusi besar lainnya dalam sejarah anda. Kami telah membawa perpecahan dan kebingungan serta frustrasi dalam kehidupan pribadi dan publik dunia. Kami masih terus akan melakukannya. Tidak seorang pun dapat memberitahu berapa lama lagi kami akan terus melakukannya.”- (The Century Magazine, January 1928, Vol. 115, No. 3, p. 346-350.)
Bisa jadi mereka pula yang berada dibalik peristiwa
pengeboman menara kembar WTC New York, tanggal 11 September 2001. Itu
adalah skenario Yahudi, dengan tujuan mendiskreditkan ummat Islam. Didalam perhitungan mereka adalah “Tidak mengapa mengorbankan suatu gedung, untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak daripada nilai gedung tersebut.”
Yang demikian itu adalah laksana pepatah “maling berteriak maling”,
dimana kaum Muslimin lah yang sejak peristiwa tersebut dipojokkan
dengan berbagai tuduhan teroris, islamophobia dan sebagainya; padahal
yang demikian itu adalah realisasi mereka kaum Yahudi terhadap ajaran
Talmud.
Agar lebih mudah memahami peristiwa 11 September tersebut, silakan
lihat berbagai bukti yang terekam dalam video-video youtube berikut ini:
http://www.youtube.com/watch?v=qujTCuCiDss
– Konspirasi 11 September (911 in Plane Site) – 2/5.flv
http://www.youtube.com/watch?v=xAXhHolx8PM&feature=relmfu
– Konspirasi 11 September (911 in Plane Site) – 3/5.flv
http://www.youtube.com/watch?v=aW1rm77XjrU&feature=relmfu
– Konspirasi 11 September (911 in Plane Site) – 4/5.flv
http://www.youtube.com/watch?v=O4g9Y6ANOlk&feature=relmfu
– Konspirasi 11 September (911 in Plane Site) – 5/5.flv
http://www.youtube.com/watch?v=RM_5QqGpDak&feature=relmfu
– Ilmu Arsitek & Teknik – Runtuhnya WTC-7 Oleh Peledakan Bomb!
http://www.youtube.com/watch?v=y_E0k-UqILI&feature=player_embedded#!
– MISTERI SETAN 15 – KEJANGGALAN WTC 1
http://www.youtube.com/watch?v=hjL5U-2ke9w&feature=relmfu
– MISTERI SETAN 16 – KEJANGGALAN WTC II
http://www.youtube.com/watch?v=bPIf3LcuPPw&feature=relmfu
– MISTERI SETAN 17 – KEJANGGALAN WTC III
http://www.youtube.com/watch?v=otr3GtesE98&feature=related
Texe Marrs menjelaskan bahwa, “Dinasti Bush adalah dinasti Yahudi dan mereka menjadikan Talmud sebagai kitab sucinya. Adalah
salah besar menyangka mereka sebagai keluarga Kristiani. Mereka
menunggangi kekristenan untuk menipu warga Kristen dunia. Padahal,
mereka merupakan keluarga Talmudis yang taat.” (http://www.texemarrs.com/022006/george_w_bush_zionist_double_agent.htm)
George Bush terlihat membawa Kitab Talmud Bavli (Talmud Babylonia)
Presiden-Presiden Amerika (George Bush dan Barrack Obama)
terlihat melakukan ritual di tembok ratapan kaum Yahudi
Jadi menurut ajaran Talmud, adalah patut dan wajar kalau manusia
selain Yahudi harus musnah dari muka bumi, karena bumi ini haruslah
menjadi milik Yahudi semata-mata. Harta di dunia ini juga harus menjadi
milik Yahudi. Dan orang-orang non-Yahudi harus terlilit hutang oleh
riba, yang pada akhirnya semua keuntungan dikeruk untuk kepentingan kaum
Yahudi.
Kemudian di dalam ajaran Talmud, orang-orang Yahudi diperbolehkan
untuk berzina dengan wanita non Yahudi, karena orang non Yahudi dianggap
bukan manusia. Hal ini dapat disimak dari perkataan Rabbi-Rabbi mereka
berikut ini:
– Rabbi Raschi berkata, “Orang Yahudi tidak berdosa jika
menodai kehormatan (memperkosa) wanita non Yahudi karena semua aqad
nikah yang dilakukan oleh non Yahudi adalah tidak sah. Wanita yang bukan
dari Bani Isro’iil sama seperti hewan, sedangkan aqad nikah diantara
seekor hewan dengan hewan lainnya adalah tidak berlaku.”
Pendapat Rabbi Raschi ini disepakati oleh Rabbi-Rabbi lainnya, yakni Rabbi Beshai, Rabbi Levi dan Rabbi Jarson.
– Maimonides berkata, “Kaum Yahudi berhak memperkosa wanita-wanita yang tidak beriman atau wanita-wanita yang bukan dari golongan Yahudi.”
– Rabbi Tam yang merupakan generasi Yahudi ke-13 di Perancis berkata, “Sesungguhnya
berzina dengan orang non Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, tidak
ada hukumannya, karena orang-orang asing adalah keturunan hewan.”
Oleh sebab itu, Rabbi tersebut mengizinkan wanita Yahudi untuk
menikah dengan seorang pria Nashroni yang sudah masuk kedalam agama
Yahudi, sekalipun sebelumnya mereka berdua telah lama berpacaran dan
melakukan hubungan suami istri. Ini adalah karena perzinaan mereka
selama ini tidak dianggap sebuah perzinaan, karena laki-laki itu belum
terhitung manusia pada waktu itu.
Perhatikan betapa orang-orang Yahudi dengan ajaran Talmud-nya
menyebarkan perzinaan secara meluas di muka bumi. Merekalah yang berada
dibalik pengembangan ide-ide “perlombaan ratu kecantikan”, menciptakan
“trend-trend mode dunia” yang terbuka auratnya, dan berbagai kerusakan
yang sesungguhnya sangat disayangkan bahwa banyak diantara kaum Muslimin
yang jatuh kedalam gaya hidup (life style) kaum Yahudi ini dan
melupakan peringatan Rosulullah, sebagaimana
terdapat dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 7320 dan Al Imaam
Muslim no: 2669, dari Shahabat Abu Saa’id Al Khudry:
Artinya:لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti cara hidup dan gaya orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai mereka masuk kedalam lubang biawak, kalian pun akan mengikuti mereka.”
Kami bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah orang-orang Yahudi dan Nashrani yang engkau maksudkan?”
Rosulullah menjawab, “Siapa lagi (– kalau bukan mereka – pent.).”
Bukankah banyak diantara kaum Muslimin di zaman sekarang yang
menganggap bahwa pacaran sebelum nikah itu adalah “sah-sah” saja? Mereka
lupa bahwa itu adalah zina dan dosa. Dan bahkan sebagian diantara kaum
Muslimin dewasa ini merasa heran apabila ada laki-laki Muslim (ikhwan) yang menikahi seorang wanita Muslimah (akhwat)
tanpa melalui proses pacaran. Hal ini diakibatkan gaya hidup “pacaran”
yang berasal dari budaya orang-orang Yahudi dan Nashroni tersebut telah
menjangkiti sebagian diantara kaum Muslimin zaman sekarang.
Oleh karena itu, wahai Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah, jagalah diri kalian dan keluarga kalian agar jangan
sampai tertulari virus-virus gaya hidup yang rusak ini, terutama di
zaman sekarang dimana teknologi berkembang begitu pesatnya sehingga
program Talmud tersebut bahkan dapat di-install melalui Handphone-Handphone Blackberry. Mudah-mudahan dengan mengkaji perkara Talmud, menjadikan kaum Muslimin sadar serta dapat membentengi diri agar jangan sampai terperosok kedalamnya.
Dan hendaknya kaum Muslimin benar-benar mencamkan firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 120:
Artinya:وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allooh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu.”
Syaikh ‘Abdurrohman As Sa’di ketika menafsirkan QS. Al Baqoroh (2) ayat 120 ini berkata sebagai berikut, “Allah memberitahu Rosul-Nya bahwa Yahudi dan Nashroni tidak akan ridho, kecuali jika (orang-orang beriman) mengikuti agama mereka.
Karena mereka adalah penyeru pada dien yang mereka (Yahudi / Nashroni)
diatasnya, dan mengaku bahwa yang demikian itu adalah petunjuk. Maka
katakanlah olehmu pada mereka, “Sesungguhnya petunjuk Allah yang aku diutus dengannya adalah petunjuk (Al Huda). Adapun yang kalian
diatasnya adalah Hawa (Nafsu), sesuai dengan firman Allah,
yang artinya: “Dan jika kamu ikuti hawa-hawa (nafsu) mereka setelah
ilmu datang kepadamu, maka sungguh kamu tidak lagi memiliki dari Allooh perlindungan dan pertolongan.”
Maka ini adalah bukti larangan yang besar, tentang
mengikuti hawa nafsu-hawa nafsu orang Yahudi dan Nashroni, juga
menyerupai mereka dalam perkara yang khas dari agama mereka dan
pernyataan ini, betapapun ditujukan untuk Rosulullah, akan
tetapi ummatnya termasuk didalamnya. Karena yang menjadi pelajaran
adalah umumnya makna, bukan khususnya pembicaraan; sebagaimana pelajaran
itu dengan umumnya lafadz, bukan dengan khususnya sebab.”
Juga firman-Nya dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 217:Artinya:يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Harom. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allooh, kafir kepada Allooh, (menghalangi masuk) Masjidil Harom dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allooh. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Syaikh ‘Abdurrohman As Sa’di ketika menafsirkan QS. Al Baqoroh (2) ayat 217 berkata sebagai berikut, “Allah mengkabarkan bahwa mereka (Yahudi/ Nashroni) senantiasa memerangi orang-orang yang beriman. Tujuan mereka bukan pada harta orang-orang mukmin ataupun nyawanya, melainkan tujuan
mereka itu adalah untuk mengembalikan orang-orang mukmin dari agama
Islam menjadi orang-orang kaafir setelah beriman, sehingga menjadi
bagian dari Neraka Sa’iir. Bahkan mereka (Yahudi/ Nashroni)
berkorban dengan seluruh kemampuan mereka dalam hal itu, sebagai bentuk
upaya sejauh kemampuan mereka.”
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Didalam beberapa kajian lalu dibahas bahwa Syi’ah seringkali
bekerjasama dan membantu kepentingan-kepentingan Yahudi. Namun di
berbagai media massa di tanah air kita, pemberitaan yang ada adalah
justru sebaliknya, yaitu bahwa Presiden Iran Ahmadinejad sangat
bermusuhan dan menunjukkan sikap berani untuk menentang Amerika.
Bagaimanakah sikap kita sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah terhadap berbagai pemberitaan tersebut?
Jawaban:
Ahmadinejad adalah Presiden Iran saat ini, dan Iran adalah negeri Syi’ah. Artinya: Ahmadinejad adalah pimpinan Syi’ah. Dan Syi’ah sebenarnya adalah teman-teman akrab Yahudi.
Dalam sejarahnya pun Syi’ah didirikan oleh ‘Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, tetapi kemudian menyebarkan fitnah dari dalam diantara kaum Muslimin.
Syi’ah terkenal memiliki strategi Taqiyyah
(berpura-pura) didalam berdakwahnya. Jadi tidak heran apabila
Ahmadinejad ditonjolkan sebagai sosok yang memiliki penampilan
sederhana, simpatik, berpura-pura melawan dan sangat anti pada
Yahudi-Amerika. Itu semua adalah Taqiyyah
mereka dalam menjalankan usaha/ kepentingan Syi’ah. Namun, jangan kita
kaum Muslimin terkecoh; karena dibalik upaya berpura-pura simpatik,
dermawan, ilmiah dan sebagainya itu, mereka (Syi’ah) jelas-jelas
menyebarkan ‘aqiidah yang sesat, mengatakan bahwa Al Qur’an
yang ada sekarang belum lengkap, mencaci maki para Shohabat Rosulullah dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa waktu lalu dalam situs www.detiknews.com, terungkap bahwa Ahmadinejad memiliki nama keluarga yang berasal dari Yahudi. Berikut ini adalah foto close-up dari paspor Presiden Iran Ahmadinejad saat Pemilu di bulan Maret yang mengungkapkan bahwa dia sebelumnya dikenal sebagai Sabourijan, demikian sebagaimana dikutip detikcom dari The Daily Telegraph edisi Sabtu (3/10/2009).
Sabourjian adalah nama keluarga Yahudi dari sekitar Aradan, tempat kelahiran Mahmoud Ahmadinejad, sebelah tenggara ibukota Teheran. Nama ini berasal dari kata “Penenun dari Sabour“, merujuk pada syal / selendang Yahudi Tallit di Persia.
Berikut ini terdapat pula foto-foto yang merupakan fakta yang
mengungkapkan kedekatan antara Ahmadinejad dengan para pemuka Yahudi.
(Sumber foto: http://www.dd-sunnah.net/records/view/action/view/id/562/)
Dan apabila anda membaca buku mereka yang berjudul “Madzab Pecinta Ahlul Bait”,
maka dalam buku tersebut sama sekali tidak disebut-sebut tentang
Shohabat Abu Bakar As Siddiiq, ‘Umar bin Khoththoob, ‘Utsman bin ‘Affan. Semata-mata hanya menyebutkan Ali bin Abi Tholib saja. Hal ini dikarenakan mereka menuduh sebagian besar Sahabat
Rosulullah tersebut kaafir setelah beliau meninggal.
Bayangkan, betapa Syi’ah telah bersikap diluar batas terhadap para
Shohabat Rosulullah, yang Allah
sendiri telah ridho pada mereka. Perhatikanlah firman Allah dalam QS. At Taubah (9) ayat 100:
Artinya:وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka
dan merekapun ridho kepada Allah SWT dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Berarti Syi’ah mengkufuri QS. At Taubah (9) ayat 100
ini, atau dengan kata lain, Syi’ah menuduh bahwa Rosuulullah gagal dalam berdakwah, karena sebagian besar Sahabat-nya
(dalam anggapan Syi’ah) adalah kaafir sepeninggal beliau. Hal ini jauh berbeda dengan sikap Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, dimana Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah
mencintai para Sahabat Rosulullah, baik Abu Bakar
As Siddiiq, ‘Umar bin Khoththob, ‘Utsman bin ‘Affan,
termasuk pula Ali bin Abi Tholib. Mereka semua adalah Amiirul Mu’miniin.
Tetapi oleh Syi’ah, hanya Ali bin Abi Tholib yang
dikultuskan, sementara yang lainnya dikutuk. Oleh karena itu hendaknya
kita semua waspada dengan kesesatan yang mereka sebarkan ini.
Hendaknya kaum Muslimin berhati-hati! Jagalah ‘Aqiidah dan jangan mudah terpengaruh oleh strategi Taqiyyah orang-orang Syi’ah.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.