Kematian Yudas Bukan Gantung Diri Dan Juga Bukan Jatuh Ke Jurang

Tanya :

Dengan datangnya surat ini saya ingin menanyakan perihal isi Alkitab Injil Matius dan Kisah Para Rasul. Di sini ada satu hal perbedaan, yaitu tentang kematian Yudas yang mengkhianati Tuhan Yesus. Dalam Matius 27:5 disebutkan bahwa Yudas mati dengan cara gantung diri. Sementara, Kisah Para Rasul 1:18-20 menyebutkan bahwa kematian Yudas adalah disebabkan karena jatuh tertelungkup dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya keluar.

Mohon penjelasan atas perbedaan ini. Alkitab yang saya pakai adalah cetakan tahun 1997. Yang perlu diketahui, saya adalah seorang perantau yang jauh dari keluarga dan hanya Alkitablah yang menjadi penghiburan saya.


Jawab :

Kematian Yudas Bukan Gantung Diri Dan Juga Bukan Jatuh Ke Jurang


Kecuali surat-surat (dan barangkali juga Wahyu), kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru bukanlah laporan langsung terhadap peristiwa yang sedang berlangsung. Sebaliknya, yang dilaporkan adalah hal-hal (perkataan dan perbuatan) yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun sebelumnya.

Sebelum dituangkan secara tertulis, informasi tentang hal-hal tersebut telah beredar secara lisan di kalangan warga komunitas kristiani awal. Tentu saja, sumber informasi tersebut adalah para saksi mata. Akan tetapi, tidak semua orang beruntung bisa bertemu dengan saksi mata. Kebanyakan malah hanya bisa mewarisi informasi tersebut dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya. Ini bisa dipahami kalau kita mengingat bahwa ketika itu kekristenan sudah ada di mana-mana di Asia Kecil dan karenanya komunitas kristen sudah menyebar luas. Sementara itu, informasi itu belum tentu juga memuat rincian dari setiap peristiwa dengan sangat terurai. Kebanyakan malah hanya disampaikan secara umum. Selain, informasi yang berkembang di satu tempat belum tentu searah dengan yang ada di tempat lainnya. Ini sangat wajar dan umum ditemukan dalam setiap sejarah manusia.

Demikian halnya juga dengan informasi tentang peristiwa kematian Yudas. Yang umum di sini adalah kematiannya terjadi secara tragis. Bagaimana tragedi tersebut secara terperinci, datanya tidak tersedia. Sementara itu, penulis Injil Matius dan Kitab Kisah Para Rasul merasa berkepentingan untuk mewariskan rincian peristiwa tragis ini. Rupanya, masing-masing penulis mencoba mewariskan rincian peristiwa tersebut dengan bantuan kisah-kisah yang mirip dalam Perjanjian Lama. Dalam Matius 27:5 kematian Yudas (gantung diri) sejajar dengan kematian Ahitofel (penasehat Daud yang membelot dan membela Absalon) yang juga mati dengan cara menggantung dirinya (2 Sam. 17:23). Ahitofel mengkhianati Daud.

Yudas mengkhianati Yesus, anak Daud. Intinya sama. Dua-duanya adalah “pembelot/ pengkhianat” (menyeberang ke pihak “lawan”) dan dua-duanya mati gantung diri. Sementara, penulis Kisah Para Rasul 1:18-19 mensejajarkan detail kematian tragis Yudas dengan kematian raja kafir Antiokhus IV (2 Mak.9:7-12). Jadi, detail informasi yang diberikan oleh kedua penulis ini memang bukan sebuah laporan sejarah, melainkan sebuah catatan iman.

Yang pasti, kita tidak perlu mempertanyakan mana yang benar dari kedua informasi tersebut. Yang justru lebih menarik adalah bahwa keduanya menggambarkan dengan caranya masing-masing bahwa kematian itu telah terjadi secara tidak wajar. Variasi keterangan tersebut justru menolong kita sekarang ini untuk memahami tentang bagaimana peristiwa kematian Yudas tersebut dipahami oleh komunitas-komunitas kristiani mula-mula dan dipergunakan sebagai bahan untuk membina iman dan moral warga jemaat.

Tanya-jawab di atas tercantum di dalam buku “Teks Alkitab Berbeda, Mengapa?”, LAI, Jakarta, 2006, pp. 48,49.

LAI mensejajarkan Alkitab yang diyakini umat Kristiani sebagai Firman Allah dengan sejarah manusia yang merupakan karya manusiawi. Artinya, secara implisit LAI berpendapat bahwa adalah sangat wajar bila di dalam Alkitab terdapat berita yang tidak benar, yang tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yang diputar-balikkan, yang dibelokkan mengikuti kehendak dan kepentingan si penulis, atau yang tidak pernah terjadi sama sekali.

Berkaitan dengan kematian Yudas, penulis Injil Matius dan penulis Kisah Para Rasul telah menulis berita yang tidak berdasarkan fakta empirik sama sekali. Kedua penulis kitab tersebut memberitakan cara kematian Yudas tanpa data dan fakta. Ternyata Yudas bukan mati gantung diri dan juga bukannya jatuh tertelungkup seperti tertulis di dalam Alkitab. Tidak ada orang yang tahu karena tidak ada data tentang kematiannya itu. Meskipun tidak memiliki data, tetapi penulis Injil Matius memberitakan Yudas mati gantung diri, sementara penulis Kisah Para Rasul menyatakan Yudas jatuh tertelungkup dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya keluar. 

Kedua penulis itu telah menyampaikan berita yang tidak benar; mereka telah berbohong. Walaupun cara kematian itu diambilkan dari Perjanjian Lama, tetapi tetap saja kedua penulis itu telah membohongi milyaran pembaca Alkitab. Kedua penulis itu, penulis Injil Matius dan penuilis Kisah Para Rasul, telah melakukan kebohongan publik. Mereka berdua sebenarnya tidak tahu bagaimana cara matinya Yudas. Dan sebaliknya penulis Injil Matius sebenarnya tahu bahwa Yudas tidak mati gantung diri, dan penulis Kisah Para Rasul sebenarnya juga tahu bahwa Yudas tidak mati jatuh tertelungkup dan seterusnya. Dan kebohongan itu berlangsung sampai hari ini. Dan LAI, yang tahu dan sadar akan ketidak-benaran berita tersebut, secara sengaja menyebar-luaskan kebohongan publik itu.

Mestinya LAI tahu bahwa terdapat kemungkinan lain yang sesuai dengan akal sehat. Menyadari kesalahannya dan takut akan pembalasan murid-murid dan pengikut Yesus yang setia, Yudas melarikan diri dan bersembunyi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun. Sampai maut menjemputnya, Yudas tidak pernah keluar dari tempat persembunyiannya itu. Karena itulah tidak ada orang yang tahu bagaimana cara matinya. Karena itulah tidak ada data tentang kematiannya.

Dan dapat diterima akal sehat bila penulis Injil Markus tidak memberitakan hal itu. Penulis Injil Markus tidak mengetahui cara matinya Yudas dan karena itu penulis Injil Markus tidak memberitakan apa-apa tentang kematian Yudas itu. Dalam hal ini, penulis Injil Markus telah berlaku jujur. Penulis Injil Markus hanya menulis segala sesuatu yang dia ketahui saja, dan dia tidak menulis segala sesuatu yang dia tidak tahu.
Di samping berbohong, mereka (penulis Matius dan penulis Kisah Para Rasul) juga telah memalsukan ayat-ayat Alkitab. Dengan mencantumkan cara matinya Yudas di dalam Injil, secara implisit mereka mengaku informasi itu berasal dari Tuhan; mereka memalsukan firman Tuhan. Dan secara tidak langsung mereka menganggap diri sederajat dengan Tuhan. Mereka telah melecehkan Tuhan.

Selamat membaca, dan bertemu lagi dalam tulisan berikutnya.

Posting Komentar

1 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.