Bantahan Siddhartha Gautama Bukan Nabi Zulkifli

Pendapat bahwa Siddhartha Gautama adalah nabi zulkifli masih menjadi kontroversi. Dalam pengajian terbaru gus nuril 2015 dalam durasi full di jelaskan asal muasal kenapa di tarik kesimpulan bahwa Siddhartha gautama adalah salah satu dari nabi yang di kisahkan did dalam Al Qur'an. ceramah yang menyinggung agama budha ini tentu akan menimbulkan kontrovesi di kalangan umat budha dan islam, yang tidak sepaham dengan pendapat ini. Akan tetapi pendapat ini dapat kita jadikan pelajaran akan pengetahuan agama islam dan sejarah para nabi yang di kisahkan di dalam Al Qur'an. Dengan ceramah dari Gus Nuril terbaru ini di harapkan pengetahuan agama kita menjadi semakin bertambah.

Pernyataan yang di sampaikan oleh kh Nuril Arifin Husein atau yang lebih akrab di sapa Gus Nuril seringkali menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat, hingga tak jarang banyak orang yang menyebutnya sebagai kiayai yang memiliki toleransi kebablasan, karena seringnya melakukan ceramah atau pengajian di gereja. Akan tetapi tidak semua orang melihatnya sebagai seorang yang salah jalan, sebagian orang juga menyebut karena ilmu yang di miliki Gus Nuril sudah mumpuni sehingga tidak terpengaruh oleh suasana dan tempat di mana beliau berada imanya tak akan goyah. Pernyataan terbaru yang cukup kontroversial adalah Gus Nuril mengatakan bahwa kiyai yang gemuk biasanya jarang puasa dan perutnya banyak terisi cacing pita, mungkin pernyataan ini hanyalah guyon semata, tetapi tanggapan orang berbeda beda. Ini adalah pengajian terbaru yang di update pada tahun 2015 dengan durasi full yang siap menambah pemahman ilmu agama anda dengan ceramah terbaru dari Gus Nuril. Lihat Videonya dibawah ini:

Untuk Bantahan pembahasannya saya sajikan sebagai berikut :

Budha Telah Menggambarkan Datangnya Nabi Muhammad?

Nama Budha pertama kali dipakai oleh Sidharta Gautama atau sakyamuni yang lahir sekitar tahun 563 SM sebagai pendiri Budha. Arti Budha ada banyak sekali antara lain "Yang Telah Sadar, Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran, Ia yang telah mencapai Penerangan Sempurna, Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi, dll. Konon Sang Budha mendapat pencerahan saat duduk dibawah pohon Bodi.

Membaca beberapa artikel dari Internet ada hal yang cukup menarik bahwa ada beberapa saudara Muslim yang mengkaitkan Nabi Dzulkifli atau mungkin Nabi Idris sebagai Sidharta dan bahwa Pohon Tin (QS 95:1)  adalah Pohon Bodi. Sehingga ada yang memasukkan Budha sebagai salah satu utusan Tuhan. Mungkin ini masih perlu pengkajian lagi.

Kalau kita bertanya pada pemeluk Budha tentang Tuhan, maka mereka tidak akan mengakui bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Karena dalam pemikiran mereka alam semesta ada dengan sendirinya. Agama mereka lebih menekankan sistem etika. Sehingga sekilas Agama Budha bisa dianggap sebagai Atheisme yang luhur. Tetapi ini mungkin pendapat Budha belakangan. Ketika Sidharta masih hidup, beliau mengakui adanya Tuhan pencipta alam.

Memang sang Budha saat itu lebih banyak diam jika menyinggung keberadaan Tuhan. Mungkin karena di India saat itu tenggelam dalam penyembahan berhala atau menguatnya filsafat antropomorfisme, yaitu filsafat Tuhan yang menjelma sebagai makhluk. Yang secara tiba-tiba menurunkan ajaran monotheisme secara drastis.

Budha tidak menyangkal adanya Tuhan. Budha pernah ditanya oleh salah seorang murid apakah Tuhan ada?. Budha menolak untuk menjawab. Tetapi saat didesak beliau mengatakan bahwa jika anda menderita sakit perut akankah anda berkosentrasi untuk mengurangi rasa sakitnya atau mempelajari resep dokter?. Itu bukanlah urusanku untuk mengetahui apakah Tuhan itu ada, urusan kami adalah menghapus penderitaan di dunia.

Sebenarnya apa yang Budha ucapkan itu persis ketika nabi Musa ditanya oleh kaum Yahudi tentang nama Tuhan. Musa hanya menjawab : “Namanya adalah :Aku adalah Aku (Keluaran 3:14)”. Dimana maksudnya adalah apapun nama Tuhan, lebih penting untuk melaksanakan perintah-NYA daripada sekedar mengetahui nama-NYA.

Tapi siapa pun dia Sang Budha, ada hal yang menarik dimana di dalam beberapa ayat dalam Kitab Budha terdapat beberapa penggambaran yang seolah-olah mirip dengan sosok sang Nabi Muhammad. Seperti halnya kaum Muslim ketahui, Tuhan telah memberikan firman-Nya pada kitab-kitab-Nya yang terdahulu yang sekarang mungkin sudah tercampur dengan tulisan-tulisan manusia. Apakah ayat-ayat ini merupakan firman Tuhan yang masih tersisa?.  Hal ini telah diungkap oleh seorang ulama Islam yaitu Dr Zakir. Dalam tulisannya beliau menulis beberapa hal sebagai berikut (Anda boleh percaya boleh tidak) :

Menurut Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76: "Akan muncul di dunia seorang Budha bernama Maitreya (yang baik hati), seorang yang suci dan kuat, yang tercerahkan, penuh kebajikan dalam tingkah laku, tepat, dan mengenal alam semesta "

"Apa yang telah dinyatakannya oleh pengetahuan supernatural miliknya akan di terbitkan ke seluruh alam semesta. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia dalam keasliannya, mulia pada puncaknya, mulia pada tujuannya, dalam jiwa dan tulisan. Dia akan memproklamasikan kehidupan religius, murni dan sempurna sepenuhnya, seperti saat aku sekarang mengkotbahkan agamaku dan memproklamasikan semacam kehidupan religius. Dia akan membuat masyarakat rahib berjumlah ribuan, seperti saat sekarang aku membentuk masyarakat yang berjumlah ratusan".

Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225:  “Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur. Setelahku ada Budha yang lain, bernama “Maitreya” yang penuh kebajikan akan datang. Aku sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.

Menurut The Gospel of Buddha by Carus pg. 217 and 218 (From Ceylon sources):
Ananda bertanya kepada yang terberkati : "siapa yang akan mengajar kami setelah engkau pergi?".

"Yang terberkati menjawab : " Aku bukanlah Budha pertama yang datang di atas bumi dan tidak akan menjadi yang terakhir. Pada waktunya seorang Budha akan muncul di dunia, yang suci, yang sangat tercerahkan,, penuh kebajikan dalam laku, tepat, mengenal alam semesta, seorang pemimpin yang tak tertandingi manusia. Dia akan mengungkapkan kepada anda kebenaran abadi yang sama, yang saya ajarkan. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia sifatnya, mulia pada puncaknya dan mulia pada tujuannya. Dia akan mendeklarasikan suatu kehidupan beragama, sepenuhnya sempurna dan murni sepertisekarang saya nyatakan. Murid-muridnya akan berjumlah ribuan sedangkan muridku hanya ratusan.

Ananda bertanya : "bagaimana kita mengenalnya?"

Yang terberkati menjawab : "dia dikenal sebagai Maitreya".

Kata Sansekerta ‘Maitreya’ atau ekuivalen dalam bahasa Pali “Metteyya” berarti mencintai, penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan, simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah ‘Rahmat’. Dalam Surah Al-Anbiya:

Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS 21:107)

Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf “Muhammad” juga dieja sebagai “Mahamet” dan berbagai ejaan lain. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan “Metta” berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab Sendiri Muhammad berarti “Penuh Kasih”.

Menurut Sacred Books of the East, volume 11, pg. 36 Maha-Parinibbana Sutta chapter 2 verse 32:

"Aku telah memberitakan kebenaran tanpa membuat perbedaan antara doktrin exoteris dan isoteris dalam hal kebenaan, Ananda, Tataghata tidak seperti guru yang memiliki kepalan tertutup yang merahasiakan sesuatu di belakang".

Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajarannya (Al-Quran) tidak ada yang ditutup-tutupi. Semua umat Islam dari rakyat jelata sampai raja menerima ajaran yang sama dan dapat membaca kitab suci yang sama pula secara langsung sampai sekarang.

Menurut Sacred Books of the East volume 11 pg. 97 Maha-Parinibbana Sutta Chapter 5 verse 36:

Arahat-Budha memiliki Servitor pada jaman dahulu, seperti Ananda adalah Servitorku sekarang, dan dimasa datang Arahat Budha akan ditemani oleh Servitor juga.

Nabi Muhammad juga memiliki Servitor yaitu "Anas" yang merupakan anak dari "Malik". Anas diberikan oleh orang tuanya kepada Nabi Muhammad. Anas bercerita  "Ibuku berkata padanya "Oh utusan Tuhan, inilah pembantu kecilmu", anas melanjutkan "aku melayani Rasul sejak usia 8 tahun dan rasul memanggilku anaknya dan kekasih kecil tersayangnya". Anas menemani Rasul dalam segenap keadaan baik sakit, gembira, perang (umur 11 saat perang uhud dan 16 saat perang hunain), ataupun damai sampai akhir hayatnya.

Enam kriteria Budha menurut Budha Gautama (the Gospel of Buddha by Carus pg. 214:) “mengenai Tathagata/Budha” :

1. Seorang Budha mencapai pemahaman tertinggi dan sempurna di waktu malam
2. Kelihatan cerah setelah pencerahan yang lengkap
3. Seorang Budha mati dalam kematian yang alami
4. Meninggal diwaktu malam
5. Tampak terang sebelum kematiannya
6. Setelah kematiannya , seorang Budha tidak ada lagi di bumi.

Seperti disebutkan dalam Al-Quran, Nabi Muhammad menerima wahyu disaat malam hari. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (QS 44:2-3). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (QS 97:1). Yang mana nabi Muhammad pemahamannya langsung diterangi oleh cahaya Surgawi. Nabi Muhammad meninggal dengan cara alami dan nampak terang di malam kematian beliau (Aisyah/Anas). Setelah pemakaman Nabi Muhammad (SAW) ia tidak pernah terlihat lagi dalam bentuk tubuh-Nya di bumi ini.

Menurut Dhamapada “Sacred Books of East vol 10 pg. 67

Jathagata/Budha hanyalah pemberi peringatan, seperti halnya Nabi Muhammad yang hanya pemberi peringatan. 

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (QS 88:21)

Menurut Dhammapada, Mattaya Sutta, 151:

"Yang dijanjikan" akan memiliki :
  • Pengasih bagi seluruh ciptaan
  • Seorang utusan perdamaian dan pembuat perdamaian
  • Yang paling sukses di dunia

Maitreya sebagai pengkhotbah moral akan bersifat :
  • Jujur
  • Menghargai diri sendiri
  • Lembut dan mulia
  • Tidak membanggakan diri
  • Sebagai layaknya raja terhadap makhluk
  • Teladan dalam tingkah laku dan tutur kata

Ada lagi satu hal yang bisa memperkuat dugaan bahwa Buddha sudah memperhitungkan datangnya nabi Muhammad. Seperti kita ketahui, jika anda melihat patung Budha yang sedang tidur selalu menghadap ke kanan. Ini persis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Hadits Rasul: "Apabila kamu datang ke tempat tidurmu (hendak tidur), berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat, kemudian kamu tidur miring pada bagian kanan" (Barra’ bin Azib )

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari - Muslim)

Bantahan Akan Persamaan Siddhartha dan Zulkifli

1. Nama Yang Berbeda

Sudah jelas bahwa dalam ajaran Islam nabi yang dimaksud bernama Basyar, yang kemudian dipanggil Zulkifli yang artinya sanggup, karena beliau sanggup menerima persyaratan dari raja sebelumnya untuk berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.
Sedangkan dalam literatur Buddha maupun Hindu telah jelas nama dari Sang Buddha adalah Siddhartha, nama yang sangat jauh berbeda dengan Basyar atau Zulkifli, sehingga kemungkinan besar bukanlah orang yang sama. Bahkan setahu saya bahasa Sanskerta yang digunakan oleh Siddhartha tidak mengenal fonem “Z”

2. Hidup Pada Zaman Yang Berbeda

Berdasarkan berbagai sumber yang ada sebagian besar muslim sepakat bahwa Nabi Zulkifli hidup pada tahun 1500-1425 SM yang artinya beliau hidup lebih dulu dibandingkan dengan Siddhartha yang kebanyakan sumber-sumbernya mengatakan bahwa beliau hidup pada sekitar tahun 623 SM

3. Siddhartha Meninggalkan Pemerintahan, Nabi Zulkifli Menjadi Raja

Seperti yang sudah diketahui bahwa Siddhartha adalah anak kepala suku yang sebelumnya hidup mewah kemudian memilih untuk meninggalkan pemerintahan itu agar bisa menjadi tahu bagaimana cara mengakhiri penderitaan, sebaliknya Nabi Zulkifli justru sebelumnya adalah warga biasa yang kemudian dianggap menjadi Raja. Keduanya jelas mengalami perjalanan hidup yang berbeda bahkan bisa dibilang bertolak belakang.

4. Makna Buddha Tidak Sama Dengan Nabi

Pada artikel tersebut terdapat tulisan yang mengatakan bahwa nabi memiliki makna yang sama dengan buddha, berikut adalah kutipannya:
Makna “nabi” dalam bahasa Arab berasal dari kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”; karena itu orang ‘yang di tempat tinggi’ dapat melihat tempat yang jauh. Nabi dalam bahasa Arab sinonim dengan kata Buddha sebagaimana yang dipahami oleh para penganut Buddha. Sinonimnya pengertian ini dapat diringkaskan sebagai “Seorang yang diberi petunjuk oleh Tuhan sehingga mendapat kebijaksanaan yang tinggi menggunung”.
Saya katakan tidak sama. Dalam ajaran Islam, nabi adalah istilah bagi mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah untuk wajib disampaikan pada orang lain, sedangkan kata buddha lebih bermakna sebagai orang yang tercerahkan.

Perbedaan yang paling jelas antara nabi dan buddha adalah orang yang menjadi nabi dan rasul adalah atas kehendak Allah yang kodratnya telah ditentukan, sedangkan dalam ajaran Buddha siapa pun bisa menjadi seorang buddha, tidak terbatas dari kelahiran orang tersebut dan waktu dia hidup.

Dalam ajaran Buddha seorang penjahat sekalipun ketika dia telah tercerahkan maka dia bisa menjadi buddha sekalipun ia hidup di zaman modern seperti sekarang. Sedangkan dalam Islam terdapat 4 sifat yang mustahil dilakukan oleh seorang nabi (khizib, khianat, kitman, dan jahlun) sehingga seorang yang dulunya penjahat bisa dipastikan tidak mungkin seorang nabi atau rasul, dan jumlah nabi dalam Islam terbatas oleh waktu dimana Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir sehingga tidak mungkin ada nabi di zaman modern seperti saat ini.

5. Siddhartha Tidak Beribadah Pada Siapapun

Sang Buddha bukanlah orang yang bisa dikatakan sebagai penyembah tuhan. Jangankan menyembah tuhan, bahkan membicarakan tuhan pun beliau sangat jarang. Fokus utama ajaran Buddha adalah tentang bagaimana manusia mengakhiri penderitaan dan mencapai pencerahan melalui jalan Dhamma, dimana ajaran Dhamma ini bisa dibagi menjadi 3 pokok utama, yaitu perbanyak perbuatan baik, kurangi perbuatan jahat, dan mendamaikan diri sendiri melalui meditasi.

Pokok ajaran Buddha tidak berbicara tentang siapa tuhan, bagaimana sifat tuhan, apalagi bagaimana cara menyembahnya. Ajaran Buddha lebih condong ke arah filsafat dan humanisme. Sangat jauh berbeda dengan ajaran Islam yang mengutamakan tauhid dan penyembahan kepada Allah.

Ketika Siddhartha jarang berbicara mengenai tuhan, bagaimana mungkin dia melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Zulkifli yaitu ibadah di malam hari? Seperti apa ibadah yang dilakukan oleh Siddhartha? Jelas ini nampak sangat tidak masuk akal.

6. Kata “Tin” Bukan Bermakna Pohon Bodhi

Penulis dari artikel tersebut menggunakan cocoklogi dengan mengaitkan Surah At Thiin ayat 1-6, pendapat dari Dr. Alexander Berzin, dan imajinasinya sendiri. Untuk itu mari kita lihat terlebih dahulu isi ayat Quran yang dipakai sebagai acuan:

وَالتّينِ وَالزَّيتونِ وَطورِ سينينَ وَهٰذَا البَلَدِ الأَمينِ لَقَد خَلَقنَا الإِنسٰنَ فى أَحسَنِ تَقويمٍ ثُمَّ رَدَدنٰهُ أَسفَلَ سٰفِلينَ إِلَّا الَّذينَ ءامَنوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُم أَجرٌ غَيرُ مَمنونٍ

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Dr. Alexander berpendapat bahwa buah Zaitun melambangkan Jerusalem, Isa a.s. (Jesus, Kristian), Bukit Sinai melambangkan Musa a.s. dan Yahudi dan Kota Mekah pula menunjukkan Islam dan Muhammad SAW. Penulis kemudian berimajinasi dengan mengatakan bahwa “tin” bermakna Pohon Bodhi. Masuk akal kah?
  • Kenapa Al-Qasimi dan Prof. Hamidullah bisa beranggapan bahwa pohon tin bisa disamakan dengan pohon bodhi, dari mana dapat logika seperti itu, sedangkan jelas-jelas kedua pohon tidak memiliki kemiripan yang berarti. Walaupun kedua tanaman berasal dari genus yang sama namun nampak jelas bahwa pohon tin (Ficus carica) dan Pohon Bodhi (Ficus religiosa Linn) memiliki ukuran, buah, dan bentuk daun yang berbeda.
  • Kenapa ketika Dr. Alexander menyebutkan tentang Musa, Isa, dan Muhammad, kemudian yang lain membayangkan Nabi Zulkifli? Kenapa tidak Ibrahim yang lebih populer? Jelas ini menunjukkan bagaimana penulis terlalu memaksakan cocokloginya.

7. Dhul-Kifli Bukan Bermakna “Berasal Dari Kapilavastu”

Seperti yang saya tulis sebelumnya bahwa Zulkifli bermakna “sanggup” bukan bermakna berasal dari Kifli, sekalipun demikian rasanya sangat jauh kata Kifli diartikan sebagai Kapilavastu, dan sekalipun Kifli memang bermakna Kapilavastu maka belum tentu hal tersebut merujuk pada Siddhartha.

Perlu dipertanyakan sejak kapan nama Kapilavastu tersebut eksis, apakah memang ada sejak zaman Siddhartha atau hanyalah sebuah distrik yang baru terbentuk, karena menurut literatur yang ada Siddhartha lahirnya di Taman Lumbini yang kemudian baru diperkirakan ada di antara distrik Kapilavastu (Nepal) dan Devadaha (India)

Kesimpulan : 

Kesimpulannya jelas, bahwa menggunakan cocoklogi yang sangat lemah, dan mengabaikan faktor-faktor ketidakcocokan lain yang sangat kuat sehingga pendapat bahwa “Siddhartha Gautama adalah Nabi Zulkifli” tidak dapat dipercaya.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.