Istilah "KARMA" berasal dari ajaran agama Budha and Hindu. Arti sederhana dari karma adalah segala perbuatan yang dilakukan akan memiliki akibat pada pelaku di masa selanjutnya. Tindakan buruk saat ini akan berakibat keburukan di masa datang. Perilaku baik akan berakibat kebaikan.
Dalam kitab Abhidamma dikatakan bahwa setiap impresi rasa, yakni seluruh perilaku manusia, dapat dianggap sebagai akibat dari karma. Dalam doktrin ini, apabila seseorang terlahir sebagai orang miskin, maka itu terjadi karena akibat perilaku orang tersebut pada kehidupan sebelumnya.
Itu artinya, kehidupan manusia di dunia itu bukan hanya sekali tetapi berulang-ulang. Kehidupan sekarang adalah akibat dari kehidupan sebelumnya dan akan berdampak pada kehidupan masa datang.
Jadi doktrin karma dalam agama Budha adalah: (a) Adanya hukum sebab akibat dan itu terjadi di dunia; (b) adanya reinkarnasi yakni bahwa kehidupan saat ini adalah titisan kehidupan masa lalu dan akan menitis pada kehidupan (orang lain) di masa datang.
Dalam kitab Abhidamma dikatakan bahwa setiap impresi rasa, yakni seluruh perilaku manusia, dapat dianggap sebagai akibat dari karma. Dalam doktrin ini, apabila seseorang terlahir sebagai orang miskin, maka itu terjadi karena akibat perilaku orang tersebut pada kehidupan sebelumnya.
Itu artinya, kehidupan manusia di dunia itu bukan hanya sekali tetapi berulang-ulang. Kehidupan sekarang adalah akibat dari kehidupan sebelumnya dan akan berdampak pada kehidupan masa datang.
Jadi doktrin karma dalam agama Budha adalah: (a) Adanya hukum sebab akibat dan itu terjadi di dunia; (b) adanya reinkarnasi yakni bahwa kehidupan saat ini adalah titisan kehidupan masa lalu dan akan menitis pada kehidupan (orang lain) di masa datang.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya [QS 74:38]
Tak ubahnya dalam Budha dalam Islam pun sebenarnya terdapat konsep Karma. Tetapi antara Konsep Karma Islam dan Budha terdapat perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok adalah Akibat dari Karma terhadap Inkarnasi.
Dalam Budha Karma dibagi 3 macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.
1. Sancita Karma Phala : Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.
Tak ubahnya dalam Budha dalam Islam pun sebenarnya terdapat konsep Karma. Tetapi antara Konsep Karma Islam dan Budha terdapat perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok adalah Akibat dari Karma terhadap Inkarnasi.
Dalam Budha Karma dibagi 3 macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.
1. Sancita Karma Phala : Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.
2. Prarabda Karma Phala : Hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
3. Kriyamana Karma Phala : Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Ketiga macam Karma dalam Budha diatas berhubungan dengan reinkarnasi, dimana apa yang kita dapat hari ini merupakan sebab dari masa lalu. Sedangkan dalam Islam Inkarnasi versi Hindhu atau Budha ditolak dengan alasan sebagai berikut :
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata : Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (QS. 6:27)
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. 10:12)
Ayat-ayat diatas menegaskan bagaimana sifat seorang manusia, bahwa manusia selalu merasa menyesal ketika mendapat penderitaan atau musibah dan segera meminta perlindungan Allah. Tetapi setelah semua penderitaan dan musibah berakhir sifat sombong manusia tumbuh kembali. Kembali ke jalan maksiat dan lupa akan Tuhan mereka.
PANDANGAN ISLAM TENTANG KARMA
Islam juga mengenal doktrin sebab akibat bahwa perbuatan baik akan berakibat baik dan perilaku buruk akan berakibat buruk.
– Akibat dari perbuatan manusia terkadang akan dirasakan di dunia ini saat kita masih hidup. Ini mirip dengan karma
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا۟
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).
Dalam QS As-Sajdah 32:21 Allah berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian
azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).
Namun, mayoritas balasan dari tindakan kita akan terjadi di akhirat, pada kehidupan setelah mati. Tepatnya setelah kiamat tiba.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّـهُ النَّاسَ
بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ
إِلَ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ
سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya
tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang
melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang
ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi
mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
(pula) mendahulukannya.
Perilaku yang baik di dunia akan mendapat pahala yang setimpal di akhirat. Tindakan jahat dan buruk di dunia akan berakibat hukuman yang setimpal di akhirat kelak.
Dalam QS An-Sajdah 32:21 Allah berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian
azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).
Reinkarnasi
Hukum karma dalam Budha juga berkaitan dengan reinkarnasi–penitisan kehidupan seseorang yang sudah mati pada orang lain yang masih hidup. Artinya, nasib yang dialami saat ini sebagai akibat dari kehidupan (orang lain di masa lalu). Dan perilaku sekarang akan berakibat pada kehidupan (orang lain) selanjutnya.
Dalam Islam, reinkarnasi tidak dikenal. Manusia hidup di dunia hanya sekali. Dan setiap orang bertanggung jawab dan memikul akibat dari apa yang dia lakukan sendiri.
Dalam Islam, reinkarnasi tidak dikenal. Manusia hidup di dunia hanya sekali. Dan setiap orang bertanggung jawab dan memikul akibat dari apa yang dia lakukan sendiri.
Dalam Islam ada kehidupan dunia yang
sementara dan kehidupan akhirat yang kekal. Mungkin anda akan bertanya
mengapa Allah cuma memberi waktu yang singkat di dunia ini dan setelah
itu memberi waktu yang kekal tanpa reinkarnasi di akhirat nanti.
Jawabannya karena Allah ingin manusia
sebagai Khalifah di dunia ini. Khalifah yang menegakkan kebenaran, tidak
merusak bumi, melindungi yang lemah, saling menolong, dan lain-lain.
Pokoknya sebagai rahmat semesta alam.
Agar rencana ini berhasil maka manusia
ditarget secara ibadah. Dimana ada bonus dan hukuman yang akan diberikan
pada hasil target. Targetnya ya sebagai Khalifah tadi. Jadi dengan
waktu yang sangat singkat itu seharusnya manusia berlomba-lomba mencari
pahala dari Allah. Karena anda akan menyesal jika telat menggunakan
waktu yang sudah disediakan.
Analoginya adalah ujuan semesteran. Anda
pasti pernah menjalani ujian semesteran. Anda mempunyai waktu 6 bulan
untuk mempersiapkan diri agar hasil ujian nanti baik. Anda bekerja keras
mati matian belajar sana sini untuk meraih hasil yang maksimal. Begitu
juga dengan hidup ini.
Dengan batasan waktu tentu manusia akan
lebih terpacu dalam kerja atau usahanya, jika waktunya lama manusia
cenderung bermalas-malasan tentunya. Meski kenyataannya manusia tetap
merugi dalam hal waktu.
Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran. (QS. 103:1-3)
Surga yang kekal adalah kabar gembira untuk manusia agar mereka benar-benar menjadi khalifaf yang baik yang menjadi rahmat semesta alam.
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi KABAR GEMBIRA
dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan
perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (QS. 6:48)
Islam memiliki pengertian lain soal Inkarnasi, yaitu inkarnasi menurut Islam. Jika di Hindhu inkarnasi melibatkan unsur
jasmani, misalnya dalam kelahiran berikutnya menjadi Monyet atau
lainnya, maka dalam Islam inkarnasi dipahami sebaigai inkarnasi “Rohani”.
Dalam pemahaman Hindhu orang
bereinkarnasi agar mendapat kesempatan lagi untuk memperbaiki
dosa-dosanya agar bisa mencapai moksa. Nah Islam pun juga punya
pemahaman seperti itu, yaitu yang dikenal dengan Bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah inkarnasi ruhani
bagi para muslim. Bagi muslim yang melaksanakan Bulan Ramadhan dengan
benar yang diakhiri dengan Idul Fitri, maka para muslim telah
bereinkarnasi secara spiritual menjadi suci kembali, yang mana dosa
tahun sebelumnya semakin dikurangi bahkan bisa dihapus jika sebelum
kematian tetap istiqomah. Pada prinsipnya 1 tahun 1 kali umat muslim
melakukan inkarnasi ruhani.
Kembali lagi ke masalah Karma, di dalam Islam akibat perbuatan seseorang bisa dibagi dalam 2 macam :
1. Diterima di dunia
2. Diterima di akhirat (Surga/Neraka)
Hasil perbuatan kita ada yang bisa dinikmati di dunia hari ini secara langsung. Misalnya kita membakar kertas pasti langsung terbakar hangus. Ada juga yang hasilnya dinikmati di dunia tapi agak lama. Misalnya kita menanam pohon mangga tentu bua mangganya baru bisa dipetik setelah menunggu waktu tertentu. Ada juga yang baru dinikmati setelah kita mati sebagai akhir hidup dunia, yaitu pahala dan dosa.